PENINGKATAN KAPASITAS PETERNAK DAN PENYULUH SOLOMON ISLAND - BBPP BATU

PENINGKATAN KAPASITAS PETERNAK DAN PENYULUH SOLOMON ISLAND

Oleh :
Iman Agus Sutanto, S.Pt, M.M
Widyaiswara Ahli Muda
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu

Peningkatan kapasitas sumber daya manusia antar negara mengacu pada proses pengembangan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan individu, organisasi, dan lembaga yang terlibat dalam diplomasi dan hubungan internasional. Upaya pengembangan kapasitas perlu dipusatkan pada konteks organisasi, budaya, dan kebijakan yang lebih luas agar bisa efektif. Peningkatan kapasitas dapat dibagi menjadi tiga kategori: kapasitas keras, kapasitas lunak atau sosial, dan kapasitas adaptif. Kapasitas keras mengacu pada pengetahuan teknis atau khusus yang spesifik dan eksplisit, kompetensi individu. Kapasitas lunak atau sosial, termasuk kapasitas operasional, mengacu pada komunikasi antar budaya, kepemimpinan, budaya dan nilai-nilai organisasi, keterampilan pemecahan masalah. Kapasitas adaptif mengacu pada kemampuan menganalisis dan beradaptasi, kesiapan dan manajemen perubahan, kepercayaan diri.
Pemerintah Kepulauan Solomon memiliki rencana tujuan investasi dan pengembangan sektor pertanian selama 10 tahun, yang berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kedaulatan pangan, dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk Kepulauan Solomon. Sebagai bagian dari rencana ini, pemerintah mendukung investasi unggas di Honiara, Malaita, dan Provinsi Barat untuk meningkatkan produksi unggas dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Strateginya adalah meningkatkan produksi dengan mendirikan 48 peternakan ayam broiler, 16 peternakan ayam petelur, dan tujuh peternakan hatchery yang tersebar di tiga provinsi. Selain itu, investasi juga diupayakan untuk mendirikan pabrik pakan unggas, peternakan induk, fasilitas pemrosesan, dan memperoleh bantuan teknis sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan rantai nilai dalam negeri. Yang terakhir, investasi juga akan digunakan untuk membangun peternakan, perbanyakan dan distribusi, serta memberikan pelatihan teknis, akses hibah dan pinjaman bagi para petani, dan mengembangkan layanan penyuluhan peternakan.

beberapa tantangan yang dihadapi sektor perunggasan di Kepulauan Solomon:

  1. Kurangnya informasi yang tersedia: Para peternak di Kepulauan Solomon menghadapi kurangnya informasi yang tersedia mengenai peternakan unggas Kurangnya informasi dapat menyulitkan peternak untuk membangun dan mempertahankan peternakan unggas yang baik.
  2. Kekurangan ayam kampung: Terjadi kekurangan ayam kampung di Kepulauan Solomon, sehingga menyulitkan para peternak untuk membangun peternakan unggas.
  3. Bibit ayam komersial dan pakan olahan yang mahal: Mayoritas peternak desa di Kepulauan Solomon memiliki pendapatan yang sangat kecil dan tidak mampu memanfaatkan bibit ayam komersial atau pakan olahan yang mahal. Hal ini dapat menyulitkan peternak untuk membangun dan mempertahankan peternakan unggas yang sukses.
  4. Produksi dalam negeri tidak mencukupi: Produksi daging dan telur unggas dalam negeri di Kepulauan Solomon tidak signifikan dan tidak memenuhi permintaan. Artinya, negara ini sangat bergantung pada impor, yang bisa jadi mahal dan tidak dapat diandalkan.
  5. Kurangnya pelatihan teknis: Diperlukan pelatihan teknis bagi para peternak di Kepulauan Solomon untuk membantu mereka membangun dan mempertahankan peternakan unggas yang sukses.
  6. Terbatasnya akses terhadap hibah dan pinjaman: Peternak di Kepulauan Solomon mungkin memiliki akses terbatas terhadap hibah dan pinjaman untuk membantu mereka membangun dan mempertahankan peternakan unggas yang sukses. Hal ini dapat menyulitkan peternak untuk berinvestasi pada infrastruktur dan peralatan yang diperlukan untuk keberhasilan peternakan unggas.
  7. Perubahan iklim: Perubahan iklim juga dapat menimbulkan tantangan terhadap sektor perunggasan di Kepulauan Solomon. Peristiwa cuaca ekstrem, seperti angin topan dan kekeringan, dapat berdampak pada produksi unggas dan menyulitkan peternak untuk memelihara ternaknya.

Salah satu Langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam berkontribusi terhadap tantangan yang dihadapi sektor perunggasan di Kepulauan Solomon melalui pemberian hibah pelatihan teknis budidaya ayam broiler. Pelatihan teknis dapat membantu peternak mempelajari praktik terbaik dalam peternakan unggas, termasuk kandang, pemberian pakan, dan pengelolaan penyakit. Hal ini dapat membantu peternak membangun dan mempertahankan peternakan unggas yang baik. Kesamaan geografi Indonesia dan Kepulauan Solomon akan memberikan gambaran yang lebih mudah kepada peserta untuk menerimanya.

Penggunaan bahan bangunan lokal menjadi salah satu pengungkit agar peternak bisa mengembangkan usaha peternakannya dengan biaya yang terjangkau. Bambu merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan Solomon. Bahan bangunan lokal seperti bambu sudah lama digunakan oleh peternak Indonesia. Penggunaan bambu dapat mengurangi biaya pembangunan peternakan unggas. Hal ini dapat membuat peternak lebih terjangkau untuk berinvestasi pada infrastruktur yang diperlukan untuk keberhasilan peternakan unggas.

Daftar Referensi
https://www.fao.org/hand-in-hand/investment-forum-2022/solomon-islands/en
https://www.aciar.gov.au/node/9756 “Feeding Village poultry in the Solomon Islands”
https://kyeemafoundation.org/explore-our-work/solomon-islands-improved-village-poultry-keeping/

Siaka, Diarra Seriba, 2017. Poultry industries in the South Pacific region: issues and future direction. World’s Poultry Science Journal 73(02):1-8 DOI:10.1017/S0043933916001070

Comments are closed.