Artikel Pertanian
now browsing by category
BBPP Batu Siap Melaksanakan Program Gerakan Tani Pro Organik
Dewasa ini diketahui bahwa kebiasaan petani Indonesia dalam penggunaan pupuk di daerah yang mudah dijangkau transportasi sudah membudaya, bahkan kecanduan atau melebihi ukuran standar anjuran pemerintah. Petani (pelaku usaha) yang demikian ditengarai berpendapat bahwa pemberian pupuk yang banyak adalah solusi terbaik untuk meningkatkan produksi, atau mereka belum memahami fungsi dan peran pemupukan pada tanaman.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyampaikan pada saat pembukaan TOT Genta Organik (Gerakan Tani Pro Organik) pada tanggal 16 Maret 2023 di BBPP Batangkaluku, Sulawesi Selatan, bahwa salah satu cara memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan melakukan substitusi Sebagian dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik.
Untuk menerapkan kebijakan tersebut, lanjut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, Genta Organik tidak berarti mengharamkan penggunaan pupuk an-organik (kimia). Pupuk kimia tetap boleh digunakan dengan persyaratan tidak melebihi batas rekomendasi anjuran atau perlu mengikuti konsep pemupukan berimbang.
Dalam pelaksanaannya, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Bustanul Arifin Caya selaku Ketua Pelaksana Genta Organik menjelaskan bahwa pelaksanaan Genta Organik dilakukan di 1.020 titik (demplot) yang tersebar di 33 provinsi dengan fokus materi terkait pembuatan pupuk organik, pembuatan pupuk hayati dengan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL), pembuatan pembenah tanah Biochar dengan memanfaatkan sekam padi, serta pembuatan pestisida alami. Kemudian melibatkan UPT lingkup BPPSDMP dalam penyelenggaraan pelatihan bagi penyuluh dan pelaku usaha menggunakan konsep Sekolah Lapangan agar sinergitas dan keharmonisan tercipta mulai dari level Pusat, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota hingga tingkat Kecamatan dan Desa.
Bagi pusat-pusat pelatihan pertanian dan pedesaan swadaya (P4S) yang telah berpengalaman melaksanakan pelatihan berorientasi organik diharapkan mau mendukung diseminasi di tingkat lapangan membantu penyuluh pertanian, sebagai penyuluh Swadaya. Salah satu P4S yang diandalkan dalam program ini adalah SWEN INOVASI MANDIRI, di Ciomas-Bogor.

Demonstrasi penggunaan bahan padat bio-gas untuk pupuk organik
Inovasi penggunaan peralatan ramah lingkungan berbahan bakar Biogas
Pewarta: (Tri Handajani, Widyaiswara Ahli Utama, BBPP Batu)
Kementan Gaungkan Genta Organik, TNI-AD Siap Jadi Pelaku Pembangunan Pertanian
Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Tahun 2023 dengan tema Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) dan Bimtek Sinergitas TNI – AD dengan Kementerian Pertanian dalam rangka mendukung program Ketahanan Pangan Nasional resmi dibuka di Gedung Jenderal M. Yusuf, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (16/3).
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas hasil pertanian di Indonesia adalah ketersediaan dan kecukupan pupuk anorganik.
“Sampai saat ini, untuk memenuhi ketersediaan dan kecukupan pupuk organik sangat sulit dan mahal karena beberapa bahan bakunya masih tergantung impor dari negara lain,” kata Menteri Syahrul.
Seperti diketahui bahwa di antara tempat bahan baku maupun produksi pupuk adalah Rusia dan Ukraina yang sedang berperang. Sebab itu, Kementan, mendorong para petani menggunakan pupuk organik dan hayati secara mandiri dan masif.
“Gerakan ini tidak berarti meninggalkan penggunaan pupuk anorganik sepenuhnya, melainkan boleh menggunakan pupuk kimia dengan ketentuan tidak berlebihan atau menggunakan konsep pemupukan berimbang,” tutur Syahrul.
Dia berharap melalui Genta Organik, kebutuhan pangan tetap terjaga dan berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, penghasil devisa negara, sumber pendapatan utama rumah tangga petani, dan penyedia lapangan kerja.
Pada kesempan yang sama, Mentan juga menyampaikan bahwa keterlibatkan Komando Daerah Militer (Kodam) XIV Hasanuddin di sektor pertanian akan menjadi energi baru dalam mengakselerasi pertanian yang lebih baik.
“Saya menaruh sekali harapan bahwa inilah implementasi dari kerja sama TNI Kementan secara nasional yang secara konkret langkahnya diambil oleh Bapak Pangdam XIV Hasanuddin,” kata Mentan Syahrul.
Mayor Jenderal atau Mayjen TNI, Totok Imam Santoso mengapresiasi Kementan yang telah yang telah memberikan peluang kepada Bintara Pembina Desa (Babinsa) sebagai pelaku di sektor pertanian.
“Beliau pada hari ini memberikan sautu kemudahan-kemudahan dan kerja sama dengan kita, yang tadinya Babinsa hanya pendamping sekarang jadi pelaku. Saya terima kasih,” kata dia.
Dia mengatakan, TNI-AD akan all out membantu mewujudkan ketahanan pangan yang selama ini sedang digencar pemerintah pusat dalam hal ini Kementan.
“Sudah ada arahan dari pimpinan saya dari Panglimana TNI dan Bapak Kasad bahwa keberadaan TNI-AD harus bisa membantu pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan masyarakat dalam menghadapi masalah,” kata dia.
Totok mengatakan akan mengikutkan 5043 Babinsa yang tersebar Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat. “Walaupun di sini terbatas, tapi nanti akan dilatihkan sendiri. Jadi, harapan saya semua Babinsa tah dan tidak hanya pendampingan dan sebagai pelaku,” imbuh dia.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, pihaknya akan membangun 1.020 titik demplot pembuatan pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah, dan pestisida alami.
“Ini akan menjadi tempat pembelajaran petani dalam mengembangkan sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami, sehingga dapat mengimplementasikan dan menerapkannya secara mandiri di lahan usaha taninya,” tutur dia.
Peserta yang mengikuti Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh kali ini sebanyak 1.800.000 orang yang terdiri dari 1.761.907 petani dan 38.093 berasal dari penyuluh pertanian. Total keseluruhan yang mengikuti pelatihan ini sejak digulirkan sebanyak 11 juta peserta.
Bukan hanya itu, sejak tahun 2020, BPPSDMP telah melatih petani dan penyuluh secara hybrid melalui berbagai program lainnya, yakni Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP), Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras), Bertani on Cloud (BoC), dan Milenial Agriculture Forum (MAF).
Tahun 2020 jumlah peserta dilatih sebanyak 986.558 peserta. Tahun 2021 jumlah peserta mencapai 2.331.530. Sedangkan di tahun 2022 Kementan melatih sebanyak 6.567.531.
Sementara di awal tahun 2023 peserta yang dilatih sebanyak 319.544. Sehingga secara kumulatif sampai bulan Februari 2023, total peserta yang telah dilatih mencapai 10.205.163.
Hasil pelatihan sejak 2020 sudah dapat dirasakan oleh petani, yaitu sebanyak 546.469 orang Petani Milenial yang dibina Kementan, yang mengakses KUR sebanyak 140.158 orang dengan jumlah akad senilai Rp. 6.570.382.877.462.
Tidak hanya itu, total peserta yang dilatih pada pelatihan sejuta petani dan penyuluh (purnawidya) sebanyak 6.724.637 peserta, 900.155 diantaranya memanfaatkan KUR dengan jumlah akad Rp 29.263.244.103.904.
**Artikel ini juga diposting di link berikut