Merujuk kepada keinginan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meminta seluruh pihak di Kementan agar menerapkan implementasi pertanian yang maju, mandiri dan modern dalam semua aspek sektor kerja. Beliau juga menghimbau untuk peningkatan pada penerapan teknologi yang nantinya diharapkan dapat membantu peningkatan produktivitas pertanian sesuai target.
SYL juga pernah mengungkapkan apresiasinya atas inovasi program yang diluncurkan semua pihak Kementan. “Dengan data yang sudah saya lihat, Alhamdullilah bahwa capaian kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ada peningkatan. Saya berharap untuk ke depannya tidak boleh mundur, harus selalu maju terus. Penduduk Indonesia 273 juta orang harus tercukupi segala kebutuhan makannya dan untuk tahun depan kita akan memprioritaskan kegiatan Prioritas dan tidak boleh salah menghitung, tidak boleh salah mengestimasi, tidak boleh berspekulasi karena ini urusannya dengan perut,“ tegasnya.
Disamping itu, Kepala BPPSDMP, Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. juga berharap seluruh insan pertanian dapat memanfaatkan program dari pemerintah dengan maksimal untuk menaikkan nilai produktivitas dan efisiensi. “Bagi teman-teman milenial, besar harapan saya kepada kalian,” ungkapnya.
- Identifikasi Kebutuhan Pelatihan, Kementan Tingkatkan Kualitas Perencanaan Program
- Genjot Produksi, Kementan Optimalisasi Alsintan Melalui UPJA di Kabupaten Ngawi
- Pertanian Modern, Kementan Lakukan Pendataan Alsintan dan Analisis Usaha Tani Kabupaten Ngawi
- Tingkatkan Produktivitas Pertanian Modern, Kementan RI Gelar Rakor IMMACo
Sesuai target kementan yang salah satunya yaitu meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani, maka Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu telah mengupayakan jawaban dari persoalan bagaimana pelaku utama pertanian seperti petani dan penyuluh bisa mendapatkan keuntungan lebih dari hasil daging.
Menyiasati harapan dari kedua tokoh tersebut, BBPP Batu telah mengadakan Pelatihan Vokasi Penanganan Pedet Baru Lahir bagi Non Aparatur. Kegiatan yang dilaksanakan selama 7 hari dari Selasa, (15/2/2022) sampai dengan hari Senin, (21/2/2022) ini bertujuan untuk mengetahui penanganan yang tepat untuk pedet baru lahir, menangani kesehatan pada induk bunting, penanganan untuk induk melahirkan, dan beberapa hal lainnya.
Dibuka oleh Dr. Sabir, S.Pt, M.Si pagi ini, pelatihan diikuti sebanyak 30 orang yang berasal dari Kabupaten Malang, Batu, Probolinggo, Kediri, Bondowoso, Lamongan, Tulungagung, Lumajang, Jember, Situbondo, Blitar, serta Jombang.
Pelatihan ini adalah media yang bisa digunakan para peserta non aparatur untuk meningkatkan produktivitas, meniningkatkan inovasi, meningkatkan kualitas bahan pangan, serta ketersediaan bahan pangan terus menerus. Tentunya beberapa target tersebut dapat dicapai dengan adanya penunjang dan pengungkit seperti, program-program dari pemerintah, inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang, serta kemampuan dari SDM Pertanian sebagai pelaku utama.
“Saya harap para peserta dapat mengikuti pelatihan ini dengan fokus. Fokus untuk meningkatkan kompetensi masing-masing pada penanganan pedet yang baru lahir dan induk yang melahirkan. Jangan sampai induk sapi mengeluarkan pedet yang pada umur 2-3 tahun nanti bertubuh tetap, seperti anak kambing. Selain itu kita juga harus berinovasi, bagaimana cara untuk meminimalisir kematian pedet baru lahir,” pesan Bapak Sabir pada sambutannya.
Bapak Sabir juga berpesan bahwa tercapainya setiap peningkatan harus dimulai dengan kemampuan diri serta agenda intelektual. Ditutup dengan harapan agar para peserta dapat menangkap dan menerapkan ilmu yang didapat, pelatihan pvokasi penanganan pedet baru lahir akhirnya resmi dibuka