
BPP Model Kostratani bersama BBPP Batuhadir dampingi petani di kelompok tani Rukun Makmur dusun Medali Desa Daliwangun Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan, Gerdal (gerakan pengendalian) kali ini memanfaatkan petasan untuk mengendalikan hama tikus yang kembali merajalela.
- Transformasi 150 Pejabat Struktural BPPSDMP Kementerian Pertanian Menjadi Pejabat Fungsional
- Membangun Jejaring Kerja sebagai Bagian Peningkatan Layanan BBPP Batu
- Momen Hari Ibu, Kementan RI Terus Dorong Kiprah Kaum Perempuan
- Jaga Kesehatan Karyawan, BBPP Batu Lakukan Rapid Tes Covid-19
- LAUNCHING BRAVO TANI BENING
Hama tikus ini banyak menyerang tanaman padi, jagung dan lombok di daerah tersebut, upaya ini dilakukan juga untuk persiapan musim tanam padi yang akan datang.
Pengendalian hama tikus ini melibatkan puluhan orang petani pemilik lahan yang kebetulan digunakan sebagai sarang hama tikus. Sebelumnya sarang lubang tikus telah diberi penanda berupa apa saja misalnya potongan kayu atau bilah bambu.
Setelah itu petasan dipasang di alatnya dan berfungsi sebagai penutup lubang sarang, selanjutnya petasan anti tikus disulut sumbunya layaknya menyulut petasan kemudian dimasukkan ke dalam sarang tikus. Petasan akan meledak yang mengeluarkan asap berbau belerang yang cukup menyengat.

Tikus di dalam lubang dipastikan bakal mati setelah sarangnya diledakkan dengan petasan anti tikus. Petasan yang dipakai memberantas tikus ini dikenal petani dengan sebutan Tiran yang diproduksi perusahaan di Sulawesi Selatan.
Sijan yang juga salah satu petani menyampaikan bahwa petani di daerah ini lebih senang dan cocok menggunakan petasan anti tikus ini lebih efekfif. “Karena tikus akan mati di dalam sarang,” ungkapnya.
Menurut Sumadi, SP yang juga Koordinator BPP Model Kostratani mengatakan dalam kegiatan pengendalian hama tikus pada saat ini selain menggunakan petasan, pemberantasan sarang tikus juga dilakukan pengasapan atau penyemprotan dengan asap belerang.
“Sebetulnya di kelompok petani juga memiliki beberapa rubuha yang telah dihuni oleh predator burung hantu atau tito alba, makanya dalam pengendalian hama tikus tidak menggunakan racun tikus. Kalau diberi racun tikus kami khawatir tikus yang mati akibat diracun dimakan burung hantu sehingga membahayakan predatornya,” jelasnya.
Sementara Diah Ayu Tri Wilujeng, SP salah satu penyuluh menyebutkan, pengendalian hama tikus dengan pengasapan dan mercon tikus lebih aman, sehingga tikus dapat ditekan tidak semakin berkembang biak namun hasilnya tidak bisa langsung terlihat karena tikus terjebak dalam lubang dan mati didalamnya.
“Kerugian serangan tikus ini bisa sampai 100% dari produksi makanya mumpung brlum berkembanf biak dalam jumlah besar petani berusaha mengendalikan agar kerugian akibat serangan tidak merugikan petani,” imbuhnya.