Prestasi kerja di sub sektor Peternakan Era Kabinet Kerja (2014-2018) - BBPP BATU

Prestasi kerja di sub sektor Peternakan Era Kabinet Kerja (2014-2018)

Indonesia yang berpenduduk relatif padat dengan jumlah 265 juta, setiap tahun dihadapkan dengan permasalahan kependudukan antara lain, sumber dan jumlah pendapatan penduduk/kapita/orang, lapangan kerja, daya beli dan lain sebagainya. Tuntutan hidup dan fakta yang dihadapi sering menjadi masalah yang harus diperoleh solusinya tidak akan tuntas begitu saja, karena banyak sisi yang menjadi indikator pertimbangan hukum, ekonomi, birokrasi, sosial, lingkungan dan politik.
Disisi lain sumberdaya kekayaan alam Indonesia dinilai cukup berpotensi untuk dibudidayakan, diberdayakan menjadi sumber pendapatan, yaitu di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan lainnya.
Kementerian Pertanian periode 2015-2019 mencanangkan tercapainya swa-sembada pangan yang bersumber pada 7 komoditas utama padi, jagung, kedelai, gula (tebu), bawang merah, cabai dan sumber protein (daging).
Data Ditjen PKH, Kementerian Pertanian terhadap tenaga kerja subsektor peternakan berdasarkan Sakernas Februari 2017 adalah sebanyak 4.203.641 orang terbagi 58,0 persen berjenis kelamin laki-laki dan 42,0 persen perempuan. Dari jumlah Tenaga kerja tersebut serapan terbesar pada bulan Februari 2017 berada di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 1.745.861 orang, sedangkan yang terkecil berada di Provinsi DKI Jakarta dimana pada bulan Februari 2017 tidak ada tenaga subsektor peternakan di provinsi tersebut. Pada saat itu para tenaga kerja sub sector peternakan paling banyak berpendidikan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 1.418.473 orang (33,7 persen), dengan usia paling banyak 60 tahun ke atas yaitu sebanyak 929.383 orang (22,1 persen), dan status pekerjaan utama pekerja keluarga/tak dibayar sebanyak 1.642.087 orang (39,1 persen).
Dari informasi tentang lapangan pekerjaan utamanya, jumlah tenaga kerja paling besar pada Februari 2017 berada pada sektor pertanian yaitu sebanyak (31,9 persen dari total tenaga kerja Indonesia), diikuti oleh sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sebanyak (23,4 persen), sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebanyak (16,8 persen), sektor industri pengolahan sebanyak (13,3 persen), sektor bangunan sebanyak (5,8 persen), sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi (4,6 persen), sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan sebanyak (2,9 persen), sektor pertambangan dan penggalian sebanyak (1,1 persen) dan sektor listrik, gas dan air sebanyak (0,3 persen).
Berdasarkan data Sakernas Februari 2017, jumlah tenaga kerja di subsektor ini sebanyak 18.060.056 orang (48,9 persen dari total tenaga kerja sektor pertanian dalam arti sempit), diikuti oleh tenaga kerja subsektor perkebunan sebanyak 11.313.299 orang (30,6 persen), tenaga kerja di subsektor peternakan sebanyak 4.203.641 orang (11,4 persen), dan selanjutnya di subsektor hortikultura sebanyak 3.379.115 orang (9,1 persen)
Jumlah tenaga kerja subsektor peternakan Februari 2017 yang sebanyak 4.203.641 orang mengalami penurunan sebesar 0,1 persen bila dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja periode yang sama tahun 2016 yaitu sebanyak 4.209.868 orang. Jika dikelompokkan menurut jenis kelamin, tenaga kerja di subsektor peternakan pada Februari 2017 didominasi oleh tenaga kerja laki-laki sebanyak 2.439.658 orang (58,0 persen), sedangkan komposisi tenaga kerja perempuan sebanyak 1.763.983 orang (42,0 persen).

Lebih spesifik diketahui tenaga kerja subsektor peternakan yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, pada Februari 2017 tenaga kerja peternakan berpendidikan Sekolah Dasar (SD) masih cukup dominan. Berdasarkan data Sakernas Februari 2017, tenaga kerja di kelompok pendidikan ini sebanyak 1.418.473 orang (33,7 persen dari total tenaga kerja subsektor peternakan), diikuti oleh kelompok pendidikan belum/tidak tamat SD sebanyak 1.028.489 orang (24,5 persen), kelompok pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 750.898 orang (17,9 persen), kelompok pendidikan tidak/ belum pernah sekolah sebanyak 477.604 orang (11,4 persen), kelompok pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 264.797 orang (6,3 persen), kelompok pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 185.426 orang (4,4 persen), kelompok pendidikan Universitas sebanyak 47.280 orang (1,1 persen), dan kelompok pendidikan Diploma I/II/III sebanyak 30.674 orang (0,7 persen). Berdasarkan umurnya, tenaga kerja subsektor peternakan didominasi oleh golongan umur tua (berumur 60 tahun ke atas).
Data Sakernas Februari 2017 menunjukkan bahwa tenaga kerja subsektor peternakan yang berusia 60 tahun ke atas sebanyak 929.383 orang (22,1 persen dari total tenaga kerja subsektor peternakan), diikuti oleh golongan umur 55-59 tahun sebanyak 446.810 orang (10,6 persen), golongan umur 50-54 tahun sebanyak 426.929 orang (10,2 persen), golongan umur 45-49 tahun sebanyak 422.850 orang (10,1 persen), golongan umur 35-39 tahun sebanyak 410.919 orang (9,8 persen), golongan umur 40-44 tahun sebanyak 398.127 orang (9,5 persen), golongan umur 15-19 tahun 321.946 orang (7,7 persen), golongan umur 30-34 tahun sebanyak 294.145 orang (7,0 persen), golongan umur 20-24 tahun sebanyak 278.301 orang (6,6 persen), golongan umur 25-29 tahun sebanyak 274.231 orang (6,5 persen).
Jika tenaga kerja subsektor peternakan dikelompokkan berdasarkan status pekerjaan utama, data Sakernas Februari 2017 didominasi oleh pekerja keluarga/tidak dibayar sebanyak 1.642.087 orang (39,1 persen dari total tenaga kerja subsektor peternakan), diikuti oleh berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar sebanyak 1.302.831 orang (31,0 persen), berusaha sendiri sebanyak 882.156 orang (21,0 persen), buruh/karyawan/pegawai sebanyak 249.595 orang (5,9 persen), pekerja bebas di pertanian sebanyak 74.366 orang (1,8 persen), dan berusaha dibantu buruh tetap/ buruh dibayar sebanyak 52.606 orang ata 1,3 persen. (Newsletter Data Makro Sekretariat Ditjen PKH, Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi Gd. C Lt. 7, Telp. 78844270 Page 3)
FIN (Fajar Indonesia Network) mengulas bahwa saat ini pemerintah sedang menyusun strategi tercaoainya swasembada protein hewani yang bersumber pada aneka-ragam Ternak, mulai dari Sapi, Kerbau, Kambing/Domba, Babi, Kelinci dan unggas . Populasi Sapi dari tahun 2014-2017 mengalami peningkatan 12,6 %, dengan tingkat pertumbuhan 3, 83%, Kerbau meningkat 4,5 %. Periode 2012-2014 tingkat pertumbuhan hanya 1,03 %. Peningkatan populasi ini disebabkan tepatnya strategi program yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya-upaya khusus (UPSUS) gertak birahi dan inseminasi buatan (GBIB), Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) yang disertai dengan pelatihan teknis dan menejemen dengan tujuan mengubah pola pikir peternak melakukan usaha ternak sapi dengan tingkat keuntungan yang lebih baik. Aktifitas ini telah teradministrasikan dengan periodik, terverifikasi, terlaporkan dan tercatat dalam iSIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Hewan Terintegrasi). Sampai dengan 4 November 2018 tercatat jumlah kelahiran Sapi hasil UPSUS SIWAB secara nasional mencapai 2.385.357 ekor, setara dengan Rp 19,08 Trilyun. Dihubungkan dengan penggunaan dana investasi program yang mencapai Rp 1,41 Trilyun, maka didapat nilai tambah 17,67 Trilyun, angka yang cukup fantastis.
Tercapainya program pemerintah di sub sektor peternakan antara lain didukung adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Peternak. Pada bab II pasal 7 berbunyi Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya harus memberikan kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi melalui: a. penyediaan teknologi tepat guna dalam berbagai metode, media, dan saluran informasi; b. pendampingan dalam proses alih teknologi; c. penyuluhan; dan Pendidikan dan Pelatihan.
Bab yang sama pasal 8 dinyatakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan oleh penyuluh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang system penyuluhan pertanian, kehutanan, dan perikanan Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. harga komoditas hasil Peternakan; b. prasarana dan sarana Peternakan;
c. data kebutuhan pangan nasional asal Hewan; d. peluang dan tantangan pasar;
e. perkiraan populasi dan produksi; f. penyediaan pembiayaan dan peluang investasi; g. pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; h. pemberian subsidi;
i. teknologi Peternakan; j. peta penyebaran penyakit Hewan; k. rencana tata ruang wilayah; l. kelembagaan Peternak dan kelembagaan ekonomi Peternak; dan
m. program pembangunan Peternakan. Semua item ini telah dibuat materi penyuluhan dan disampaikan dalam kegiatan penyuluhan dan pendampingan di lapangan
Selanjutnya implementasi dilakukan secara berjenjang dari level nasional, propinsi, kota/kabupaten, kecamatan hingga desa/kelurahan untuk sampai kepada sasaran, melalui bentuk subsidi, kemitraan usaha hingga gelar teknologi. Pemberdayaan sub sector peternakan di bidang sumber protein telur yang perlu dimasyarakatkan secara periodik. Salah satu bukti, contoh gerakan operasional pemerintah dalam memperhatikan pemberdayaan ternak, yaitu digelarnya pasar Tani Kementerian Pertanian melakukan kegiatan pasar tani di tiga titik wilayah perkantoran kementerian pertanian di jalan Harsono RM, Jalan Raya Pasar Mnggu dan Jalan AUP no 3, mulai tanggal 31 Desember 2018 s.d 5 Januari 2019. Menjual telur ayam Rp 23.000/kg. Harga tersebut cukup layak peternak sudah mendapat keuntungan dan konsumen terjangkau daya beli, karena harga Pasar > Rp 23.000,-
Secara nasional pemberdayaan di bidang peternakan dari tahun ke tahun makin dapat dirasakan oleh masyarakat, terbukti dengan meningkatnya kemitraan usaha bidang peternakan. Investasi peternakan PMDN (Penanam Modal Dalam Negeri) tahun 2015 sebesar 325. 43 M, kemudian meningkat tahun 2016 menjadi 465.55 M. Tahun 2017 meningkat terus 842.71 M hingga tahun 2018 selama kurun waktu 4 tahun meningkat, terakumulasi peningkatan hingga 517.28 M (62. 04 %)
Dari sisi ketertarikan minat dan kontribusi Penanam Modal Asing bidang peternakan tahun 2015 sebesar US$ 72.91, kemudian tahun 2016 meningkat menjadi US$ 48.61 , tahun 2017 meningkat lagi US$ 156.33 hingga akumulasi peningkatan menjadi US$ 83.42 (94,13 %). Prestasi yang layak mendapat acungan jempol.

(Tri Handajani/ Widyaiswara BBPP Batu)

Sumber:
1. http://ditjenpkh.pertanian.go.id/userfiles/File/Tenaga_Kerja2.pdf?time=1505371480815
2. https://fin.co.id/2018/11/13/naik-turun-kinerja-sub-sektor-peternakan-dalam-4-tahun/

Leave a Reply